Pelajaran XIII
Tanwin
Tanwin adalah nun mati yang terdapat di akhir sebuah kata dan dibaca, akan tetapi tidak tertulis.
Tanwin terbagi menjadi tiga macam:
a. Fathatain (ءً)
Fathatain ini—sebenarnya—tersusun daru fathah dan nun mati (َ+ نْ). Tapi, untuk mempermudah cara penulisan dan ejaan, dibuatlah fathatain.
Penjelasan
Setelah fathatain tersebut, biasanya terdapat alif, dan alif ini tidak dibaca.
Contoh:
قَوْمًا – مَفَازًا - عَلِيْمًا
Marilah kita baca bersama contoh-contoh berikut ini!
خًا | حًا | جًا | ثًا | تًا | بًا | ءًا |
صًا | شًا | سًا | زًا | رًا | ذًا | دًا |
قًا | فًا | غًا | عًا | ظًا | طًا | ضًا |
يًا | هًا | وًا | نًا | مًا | لًا | کًا |
Tapi, tidak dalam semua kondisi selalu diakhiri dengan alif. Dalam tiga kondisi berikut ini, fathatain tidak dikahiri dengan alif:
1. Ketika sebuah kata diakhiri dengan ta` marbuthah (ة).
Contoh:
مَائِدَةً – اَعِزَّةً – مَوْعِظَةً
2. Ketika sebuah kata diakhiri dengan hamzah (ء).
Contoh:
بَلاءً - فِدَآءً - اَحْيَآءً
3. Ketika sebuah kata diakhiri dengan alif layyinah (ى).
Contoh:
هُدًی – ضُحًی - طُوًی
b. Kasratain (ءٍ)
Kasratain—sebenarnya—tersusun dari kasrah dan nun mati (ِ + نْ). Untuk mempermudahkan penulisan dan ejaan, dibuatlah kasratain.
Contoh:
قَوْمٍ – بَعْضٍ – قَرْيَةٍ
Marilah kita membaca bersama contoh-contoh berikut ini:
خٍ | حٍ | جٍ | ثٍ | تٍ | بٍ | ءٍ |
صٍ | شٍ | سٍ | زٍ | رٍ | ذٍ | دٍ |
قٍ | فٍ | غٍ | عٍ | ظٍ | طٍ | ضٍ |
يٍ | هٍ | وٍ | نٍ | مٍ | لٍ | کٍ |
c. Dhammatain (ءٌ)
Dhammatain—sebenarnya—tersusun dari dhammah dan nun mati (ُ+ نْ). Untuk mempermudahkan penulisan dan ejaan, dibuatlah dhammatain.
Contoh:
شَکُوْرٌ – کَبِيْرَةٌ – مَوْعِظَةٌ
Marilah kita membaca bersama contoh-contoh berikut ini:
خٌ | حٌ | جٌ | ثٌ | تٌ | بٌ | ءٌ |
صٌ | شٌ | سٌ | زٌ | رٌ | ذٌ | دٌ |
قٌ | فٌ | غٌ | عٌ | ظٌ | طٌ | ضٌ |
يٌ | هٌ | وٌ | نٌ | مٌ | لٌ | کٌ |
Pelajaran IX
Cara Membaca Tanwin Ketika Bertemu Hamzah Washal
Ketika setelah tanwin terdapat Hamzah Washal[1], maka nun mati yang merupakan unsur pembentuk tanwin tersebut tampak kembali dan dibacah kasrah. Kaidah semacam ini dinamakan kaidah "menghindari pertemuan antara dua huruf mati" (iltiqâ` as-sâkinain).
Contoh:
مَثَلاً الْقَوْمِ <---- مَثَلَنِ الْقَوْمِ
عَدْنٍ الَّتي <---- عَدْنِنِ الَّتي
فِسْقٌ الْيَوْمِ <---- فِسْقُنِ الْيَوْمِ
Pelajaran X
Cara Membaca Alif Lam Di Permulaan Kata
Alim dan lam ta'rif[2] (ال) selalu berada di awal sebuah kata benda dan kata kerja tidak pernah dengan alif lam ini.
Contoh:
اَلْإِنْسانُ – اَلْبَيْتِ – اَلْقُرْآنَ
Cara Membaca Alif dan Lam
Alif dan lam (ال) itu sebenarnya tersusun dari dua huruf: alif dan lam. Alif di sini sebenarnya adalah Hamzah Washal yang cara membacanya telah kami jelaskan di atas. Adapun lam di sini memiliki dua kondisi yang berbeda sehingga cara membacanya pun juga berbeda:
a. Jika setelah lam tersebut terdapat huruf Syamsiyah, maka huruf lam itu tidak boleh dibaca dan huruf yang datang setelahnya harus diberi tasydid. Huruf-huruf Syamsiah itu berjumlah empat belas, yaitu (ت ث د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ل ن).
Contoh:
اَلتَّوْبَةُ – اَلدِّيْنُ – اَلذِّکْرَ – اَلسَّماءَ – اَلطَّالِبُ
b. Jika setelah lam tersebut terdapat huruf Qamariyah, maka huruf lam itu harus dibaca dan huruf yang datang setelahnya tidak boleh diberi tasydid. Huruf-huruf Qamariyah itu juga berjumlah empat belas, yaitu (ا ب ج ح خ ع غ ف ق ك م و هـ ي)
Contoh:
اَلْأَمِيْنُ – اَلْقَمَرُ – اَلْکَوْثَرَ – اَلْوَاقِعَةُ – اَلْيَمِيْنِ
Pelajaran XI
Isybâ' Ha' Dhamir
Sebelumnya, kami harus menjelaskan beberapa istilah yang dipakai pada pembahasan kita kali ini.
a. Dhamir adalah kata ganti yang digunakan sebagai pengganti dari sebuah kata benda sehingga kita tidak perlu mengulangi menyebutkan kata benda tersebut. Contoh, 'buku Ahmad' menjadi 'bukunya'.
b. Ha' Dhamir (ه) dalam bahasa Arab berfungsi sebagai kata ganti orang ketiga (gaib).
Contoh:
(کِتابَهُ) : Bukunya.
(فَعَلَهُ) : Ia telah mengerjakannya.
(فِيْهِ) : Di dalamnya.
c. Secara lenguistik, isybâ' berarti mengenyangkan, dan secara terminologis ilmu membaca Al-Qur'an, berarti merubah sebuah harakat pendek menjadi harakat panjang sehingga menjadi huruf yang dibaca madd.
Contoh:
بِهِ <---- بِهِيْ، لَهُ <---- لَهُوْ
Dalam contoh di atas, kedua ha' dhamir tersebut dibaca isybâ' (dipanjangkan).
Cara Membaca Ha' Dhamir
a. Membaca Isybâ' Ha' Dhamir
Ketika sebelum ha' dhamir terdapat huruf yang memiliki harakat, maka ha' dhamir tersebut harus dibaca isybâ' (dipanjangkan); jika harakat ha' tersebut adalah kasrah, maka harakat itu diganti dengan ya' madd, dan jika harakatnya adalah dhammah, maka harakatnya diganti dengan wawu madd.
Contoh:
مَعَهُ <---- مَعَهُوْ
عِنْدَهُ <---- عِنْدَهُوْ
يَرَهُ <---- يَرَهُوْ
عَبْدَهُ <---- عَبْدَهُوْ
عِبادِهِ <---- عِبادِهيْ
b. Ha' Dhamir Tidak Dibaca Isybâ'.
Dalam tiga kondisi berikut ini ha' dhamir tidak dibaca isybâ':
1. Ketika setelah ha' dhamir terdapat Hamzah Washal meskipun huruf sebelum ha' tersebut berharakat.
Contoh:
نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ، بِدارِهِ الْاَرْضَ، لَهُ الْحَمْدُ
2. Ketika sebelum ha' dhamir terdapat huruf yang mati (sukûn).
Contoh:
مِنْهُ، لَدُنْهُ، يَعْلَمْهُ، فَاعْبُدْهُ، عَلَيْهِ
3. Ketika sebelum ha' dhamir terdapat salah satu dari huruf-huruf madd.
Contoh:
أَنْزَلْنَاهُ، فِيْهِ، نَصَرُوْهُ
Catatan
a. Huruf ha' di beberapa kalimat di bawah ini tidak dibaca isybâ' mengingat ha' tersebut adalah bagian asli kalimat-kalimat tersebut, bukan ha' dhamir.
يَنْتَهِ، تَنْتَهِ، نَفْقَهُ، فَوَاکِهُ
b. Ha' dhamir di dalam kalimat (يَرْضَهُ) tidak dibaca isybâ' mengingat asal kalimat tersebut adalah (يَرْضَاهُ), dan alif tersebut dibuang dikarenakan tuntutan kaidah tata bahasa Arab (Nahwu).
c. Ha' terakhir di dalam kalimat (هَذِهِ) dibaca isybâ' meskipun ia bukan ha' dhamir, karena telah memenuhi syarat-syarat isybâ' ha' dhamir. Dengan demikian, kalimat tersebut dibaca (هَذِهِيْ).
Add to Cart
0 komentar:
Posting Komentar